Cerita hidup dari sisi seorang gadis yang percaya bahwa tuhan itu adil.

Saturday, 14 May 2011

Stay Close, Don't go.

"Kalian itu.. Apa ya.. Gue ngeliatnya dia ngga ada usaha, Nin.' kata Raisa sambil memainkan rambutku. "Maksudnya?" tanyaku bingung, "Gini deh, masa kalian mau contact-an cuma lewat Y!m doang? Hubungan kalian ga sehat kalo gitu caranya. Please lah, Nin. Pulsa lima ribu bisa kali, dipake buat beberapa kali SMS" katanya lagi. Aku terdiam. "tapi yah, keputusan ada di lu sih. Tapi harus satu yanglu tau, waiting list kalo lu putus dari dia itu udah ngejejer loh." Katanya sambil mengedipkan mata. Aku hanya tersenyum.



******************
Aku memperhatikan handphoneku yang daritadi tergeletak di meja belajar, terdengar pintu kamarku terbuka, aku mencari tahu siapa yang datang. "Hai, Sa.." kataku sambil tersenyum setelah mendapatkan Raisa di depan pintu kamarku, dia tersenyum dan menyimpan tasnya di kasurku. "Lagi apa, Nin?" tanyanya sambil menghampiriku, "nungguin Aga SMS.." jawabku, 
"Emang Aga kemana?" Raisa mengambil kursi dan duduk disebelahku, "ada acara dikampusnya..." balasku
"Ohh, udah beli pulsa dia?" tanya Raisa lagi, aku menggeleng, "gatau,  tapi biasanya kalo dia ga ada pulsa, dia suka SMS pake nomer temennya ko." kataku membela Aga. Raisa menarik nafas sejenak, lalu berdiri dan melangkah ke kasurku, "Sini deh.." katanya sambil duduk di kasur dan menepukkan tempat disebelahnya. Aku menghampirinya, "kenapa?" tanyanya setelah aku duduk,
"Kenapa apa?" Aku balik bertanya
"Aga. Kenapa lagi dia?" tegas Raisa, aku menggeleng, "ngga kenapa-kenapa. He's fine."
"And you?" tanyanya lagi, "me too. Fine.. We're fine, Sa." kataku berusaha meyakinkan. Raisa mengangkat ailsnya, "no.. No.. You're not fine. You two aren't fine" katanya sambil menggelengkan kepala, "Aga beda? Dia jadi cuek?" sambungnya. Aku terdiam. "Ha! Gotcha! Gue bener ya?" Raisa berteriak, aku tertawa kecil, 
"ngomong dong, Nin. Kalo lo gasuka Aga yang sekarang ya ngomong. Jangan diem aja. Protes. Bilang gitu dia cuek. Dan lo gasuka." Raisa menasehatiku, aku menggelengkan kepala, "ngga ah, dulu aja gue cuek dia ngga protes, Sa. Masa sekarang dia cuek, gue protes?" aku mengelak. "Haaaaaaaaaaaaaaaaaah!! Serah deh. Dikasih tau bandel amat lu" katanya sambil merebahkan tubuhnya.

**********************
Aku mengetuk pintu rumah Raisa tak beraturan, "yooo sabaaar!!" kata Raisa dari balik pintu. "Anin?" tanyanya setelah mendapatkan aku di depan pintu rumahnya, aku langsung memeluk Raisa.

"Udah tanya siapa cewe yg difoto ini?" tanyanya sambil terus melihat foto yang aku perlihatkan. Aku mengangguk, "temennya.." jawabku. "Percaya?" tanya Raisa meyakinkan, aku terdiam, "dia tuh pinter ngomong Nin. Dia dulu playboy loh, tau kan lo?" katanya, "itu dulu, Sa" balasku
"Dia tuh sebelas duabelas sama mantan-mantan lo"
"No. He's different. Beda jauh."
"Gue rasa walaupun emang dia ngga ada hubungan sama cewe yg di foto ini, tapi, bisa jadi dia punya hubungan sama yang lain." Raisa terus mendesakku. Aku menyerah. "Anterin ketemu Aga." kataku sambil menarik lengannya.

********************
"Jadi, gimana? Aku serahin semuanya sama kamu." kata Aga seolah ingin segera mengakhiri perdebatan yang terjadi sejak beberapa belas menit yang lalu. Aku berusaha mengatur nafasku, sejenak aku melayangkan pandanganku ke tempat Raisa duduk mengamatiku. Raisa tersenyum menyemangatiku. Aku menatapnya dengan tatapan menyerah, Raisa mengangkat tangannya tetap berusaha menyemangati, "lo harus berani" aku membaca kata-kata dari mulutnya, aku kembali menatap Aga. Dan memutuskan untuk pergi.
"Kamu mau pergi?" tanyanya seketika seolah bisa membaca pikiranku, aku terhentak. Pergi? batinku. Entah kenapa, saat Aga yang mengatakannya, hatiku seperti memberontak tak ingin pergi. Aku terdiam."Kenapa diem?" Aga mengulang pertanyaannya. Aku tetap terdiam. Tiba-tiba semua kata-kata yang pernah diucapkan Raisa muncul dibenakku. Semua pendapatnya tentang Aga. Tentang hubunganku dengan Aga. 

"Oke. Aku ngerti" kata Aga memecah kesunyian. "Kalo emang kamu mau pergi. Gapapa. Tapi aku cuma mau bilang, aku gamau kehilangan kamu" katanya sambil beranjak pergi. Aku tersentak melihat Aga bangkit dari kursinya. Aku bergegas menahan lengannya, "Ngga." kataku, "kita mulai dari awal ya" aku tersenyum berusaha meyakinkan Aga. Aga tersenyum dan memelukku. Aku balas pelukannya. Aku pandang Raisa dalam pelukan Aga, Raisa tersenyum maklum melihatku. Aku hanya tertawa. Well... Raisa mungkin benar, tapi aku lebih tau apa yang baik untukku.

7 comments:


Someday.. I'll be there with someone I love. ♥