Cerita hidup dari sisi seorang gadis yang percaya bahwa tuhan itu adil.

Wednesday, 26 December 2012

You Give Me Something

Kikan mengambil handphonenya yang tergeletak di sebelahnya sambil tetap memegang pulpen.
"Dari tadi liat hape mulu, Non." Sheila, temannya dari kecil menegur, "Nunggu apa sih?" lanjutnya. Kikan mengangkat wajahnya,
"Eh, ini. Sms dari Raihan."
"Raihan? Cowo lo itu?" tanya Sheila sambil membenarkan posisi duduknya di kasur Kikan. Mereka sedang mengerjakan tugas bersama di rumah Kikan. Dengan Kikan yang tidak berhenti melihat handphone-nya.
"Iya." Jawab Kikan singkat sambil meletakkan kembali handphone-nya dan kembali dengan kertas-kertas dihadapannya.
"So, how's the progress?" Tanya Sheila sambil mengambil Jus Jeruk di atas meja.
"What progress?" tanya Kikan balik sambil membaca kertas miliknya,
"Elu, sama cowo lu."
Kikan menaikkan sebelah alisnya sambil meletakkan kertas, "Sorry?"
"Oh, come on. Gue tau lo bukan cewe yang gampang sayang sama cowo walaupun udah jadian." Sheila memandang teman kecilnya, "Yah, walau lo jarang cerita sama gue tentang cowo lo yang sekarang, gue bisa tebak. Pertama lo terima dia bukan karna lo suka kan? Tapi karna nyaman." Sheila tersenyum jahil. Kikan hanya tertawa kecil, "You know me so well, Mate."
"Jadi?"
"Well....." Kikan menghela nafas, "yah... gitu." katanya ragu.
"Gitu gimana?" tanya Sheila tak sabar. Kikan hanya mengangkat bahunya, "ya gitu." katanya.
Sheila memutar bola matanya kesal, "Okay, okay. I'll guess then."
Kikan mengangkat alisnya sebelah, menantang.
"Lo udah sayang ya?" tebak Sheila cepat. Kikan melirik Sheila beberapa saat sebelum tertawa dan mengambil handphone-nya lagi.
"Menurut lo gitu?" Kikan bertanya balik,
"Yah, kalo liat sikap lo kaya gini sih.... kayanya iya." Jawab Sheila. Kikan mengerenyitkan dahinya tanpa sadar,
"kaya gini?" Tanya Kikan, mengulang sebagian kalimat Sheila. Sheila mengangguk cepat,
"Iya, 'gini'. Ngecek handphone tiap menit, mulai ketawa-ketawa sendiri kalo gue liat, marah-marah gajelas. Setau gue lo kalo marah-marah ga jelas, kalo ga karena lagi bete, karena belum makan coklat, atau karena kangen sama orang." Jelas Sheila cepat, "Jadi iya, ya?" lanjutnya.
Kikan mengangkat bahunya sekali lagi.
"Lo belum yakin sama dia?"
Kikan menggeleng pelan, "Bukan ga yakin. Gue yakin sama dia. Cuma, gue takut aja keulang-ulang kaya dulu."
Sheila diam, berfikir.
"Dulu? Dulu waktu lo masih dibego-begoin sama cowo?" katanya sambill tertawa. Kikan hanya tersenyum.
"Itu tandanya lo belum yakin sepenuhnya sama dia." lanjut Sheila,
"Bukan gi--"
"Kalo bukan gitu apa dong? Lo takut? Takut dia nyakitin? Takut dia ninggalin? Takut dia suka sama cewe lain? Takut dia apa lagi?"
"Takut kalo dia malah menjauh saat gue udah sayang sama dia..." Kikan melanjutkan kalimat Sheila, "Takut dia berubah jadi cuek saat gue udah mulai care. Takut dia--"
"Wih, sejak kapan Kikan yang dulunya tukang manjatin pohon jadi penakut gini?" Sheila memotong sahabatnya sambil tertawa, "Lo sekarang banyak takutnya. Mana nih Kikan yang katanya selalu berusaha buat positive thinking sama orang?"
Kikan hanya menghela nafas, "Gue.... cuma gamau menitipkan hati ke orang yang salah lagi, Sheil."
"Tau darimana lo kalo dia orang yang salah?"
Kikan diam.
"Ka, saat lo nitipin hati lo ke orang lain, akan ada dua resiko nantinya, yang pertama, mungkin lo bakalan dapetin yang terbaik atau yang kedua, lo akan dapet 'pelajaran' baru."
Kikan masih tetap diam.
"Lagian, kalo gue ga salah, lo pernah bilang sama gue kalo Nada sahabat lo dari SMA itu bilang kalo dia setuju sama cowo lo yang sekarang."
Kikan tertawa, "Dia sih emang setuju terus sama cowo gue."
"So tau." Sheila memotong, "Waktu sama yang sebelum-sebelumnya, denger dari cerita lo emang dia gapernah ada yang setuju. Kecuali sama yang dua tahun itu, awalnya doang. Kesini-sininya sih dia dukung lo putus juga, kan?" katanya sambil tertawa. Kikan tertawa kecil, "Iya juga sih."
"Jadi?" Sheila bertanya lagi,
"Apaan?"
"Titipin ga nih?" Sheila menyiku lengan Kikan jahil.
"Kalo ternyata dia ga sayang sama gue gimana, Sheil?"
Sheila merangkul sahabatnya, "Kalo dia ga sayang sama lo, ngapain dia bbm lo sekarang?" Sheila tersenyum jahil sambil menunjuk Blackberry milik Kikan yang berkedip-kedip. Kikan memandangnya sebentar sebelum kembali melihat Sheila.
"Jadi sekarang kita bisa ngukur rasa sayang seseorang cuma dari bbm?" Tanyanya sambil tertawa.
"Engga juga sih." Sheila tertawa, "tapi apa salahnya ngasih kesempatan ke orang sih, Ka? You'll never know if you never try." katanya, "Gue yakin dia sayang sama lo. Lebih besar dari apa yang lo bayangkan."
Kikan hanya tertawa. "Sejak kapan lo jadi bijak gini?" katanya sambil melepaskan rangkulan Sheila dan memukul mukanya dengan bantal.
"Sejak gue punya pacar!"
Kikan berhenti memukul Sheila, "Anjrit! Lo punya cowo?!"
"Hehehe...."Sheila menyeringai jahil.
"'Cause, you give me something
That makes me scared, alright
This could be nothing 
But I'm willing to give it a try

Please give me something
Because someday I might know my heart"
- James Morrison, You Give Me Something

No comments:

Post a Comment


Someday.. I'll be there with someone I love. ♥